Di era digital yang terus berkembang, pendidikan tidak lagi bisa bertumpu pada metode konvensional semata. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah membuka jalan bagi pendekatan pembelajaran yang lebih dinamis, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Lebih dari sekadar alat bantu, TIK kini menjadi ekosistem pembelajaran yang mampu menumbuhkan 8 dimensi profil lulusan yang diharapkan dalam Kurikulum Merdeka: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkewargaan, bernalar kritis, kreatif, kolaboratif, mandiri, sehat, dan komunikatif.
Namun, transformasi pembelajaran tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah melalui Permendikdasmen No. 126 Tahun 2025 telah menetapkan pedoman implementasi pembelajaran mendalam sebagai pendekatan strategis untuk memperkaya pengalaman belajar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pembelajaran mendalam menjadi jembatan antara teknologi, nilai, dan kompetensi abad ke-21.
Artikel ditulis
bertujuan untuk mengulas secara mendalam bagaimana pembelajaran digital dapat
menjadi bagian dari strategi utama dalam membentuk lulusan yang tidak hanya
kompeten secara akademik, tetapi juga tangguh secara karakter dan siap
menghadapi tantangan global. Sebagaimana kita tahu pada pendekatan pembelajaran
mendalam, pembelajaran dibangun diatas empta kerangka utama pembelajaran,
yaitu: praktik paedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pemanfaatan teknologi.
Sinergi untuk Pendidikan Bermutu dengan Memanfaatkan Teknologi Digital
Transformasi
digital dalam pendidikan bukan hanya soal mengganti papan tulis dengan layar
interaktif ataupun buku cetak dengan e-book. Lebih dari itu, TIK menciptakan
lingkungan belajar yang fleksibel, personal, kontekstual, kolaboratif dan
reflektif.
Fleksibel : Siswa dapat
belajar kapan saja dan di mana saja.
Personal :
Belajar merupakan kegiatan personal atau dengan kata lain diferensiasi,
maksudnya pembelajaran dapat disesuaikan dengan gaya dan kecepatan belajar
masing-masing siswa.
Kontekstual : Materi pembelajaran dapat dikaitkan langsung dengan
kehidupan nyata dan isu global.
Kolaboratif : Siswa dapat bekerja sama lintas lokasi dan budaya melalui
platform digital.
Reflektif :
Teknologi memungkinkan evaluasi dan refleksi pembelajaran yang lebih mendalam
dan berkelanjutan.
Pembelajaran mendalam, sebagaimana dijelaskan dalam Permendikdasmen 126/2025, menekankan pendekatan yang memuliakan,dan berprinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik. TIK menjadi katalisator utama dalam mewujudkan pendekatan ini. Transformasi digital dalam pendidikan bukan hanya soal mengganti papan tulis dengan layar interaktif atau buku cetak dengan e-book. Lebih dari itu, TIK menciptakan lingkungan belajar memperkaya dan pengalaman belajar bagi siswa.

Gambar 1. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi digital
Komponen TIK
dalam Pembelajaran Digital
Penumbuhan dimensi profil lulusan, pembelajaran digital perlu mengintegrasikan beberapa komponen utama TIK. Berikut penjelasannya:
1. Berpikir Komputasi
Berpikir komputasi adalah keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah secara logis dan sistematis. Dalam konteks pendidikan, siswa diajak untuk:
·
Mengenal
konsep dasar seperti dekomposisi masalah dan algoritma;
·
Memahami
bagaimana berpikir komputasi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari;
·
Menerapkan
algoritma sederhana dalam proyek berbasis nilai dimensi profil lulusan;
· Menciptakan model komputasi inovatif untuk menyelesaikan masalah lokal.
Dimensi yang ditumbuhkan: bernalar kritis, mandiri, kreatif.
2. Literasi Digital
Literasi digital bukan sekadar kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga mencakup:
·
Etika
penggunaan internet dan perlindungan data pribadi;
·
Kemampuan
berpikir kritis terhadap informasi digital;
·
Pembuatan
kampanye digital yang mendukung nilai-nilai Pancasila;
· Perancangan solusi berbasis literasi digital untuk komunitas lokal.
Dimensi yang ditumbuhkan: komunikatif, berkewargaan, beriman dan bertakwa.
3. Coding
Coding merupakan proses menulis perintah atau instruksi agar komputer, robot, atau perangkat digital melakukan sesuatu sesuai keinginan kita. Setiap instruksi ditulis dalam bahasa pemrograman misalnya Scratch, Python atau JavaScript. Pemrograman adalah bahasa yang mirip seperti kita berbicara pada komputer dengan “bahasa” yang bisa ia pahami.
Namun, coding bukan sekadar menulis kode. Coding melatih untuk berpikir dalam memecahkan masalah. Anak-anak yang belajar coding dilatih untuk berpikir logis, teratur, kreatif, dan mencari solusi langkah demi langkah. Jadi, coding membantu mereka memahami bagaimana teknologi bekerja sekaligus melatih kemampuan berpikir kritis dan inovatif.
Dimensi yang ditumbuhkan: kreatif, kolaboratif, mandiri.
4. Kecerdasan Artificial (KA)
Kecerdasan Artifisial (Artificial Intelligence/AI) adalah kemampuan mesin atau komputer untuk meniru cara berpikir dan bertindak seperti manusia. KA dirancang agar dapat belajar dari data, mengenali pola, membuat keputusan, dan memecahkan masalah tanpa selalu menunggu perintah langsung dari manusia. Contohnya adalah asisten virtual, mobil tanpa sopir, dan sistem rekomendasi film. Tujuan utama KA adalah menciptakan teknologi yang cerdas, adaptif, dan bermanfaat, sehingga membantu manusia bekerja lebih cepat, efisien, dan tepat sasaran.
KA memperkenalkan siswa pada konsep:
- Pengenalan pola dan analisis data.
- Model klasifikasi dan prediksi sederhana.
- Aplikasi AI untuk mempromosikan keberagaman budaya.
- Prototipe AI untuk mendukung keberlanjutan sosial.
Dimensi yang ditumbuhkan: kreatif, bernalar kritis, berkewargaan.
5. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Strategi pembelajaran berdiferensiasi dibuat untukmempersolasiasi
pembelajaran. Pembelajaran dirancang untuk menyesuaikan konten, proses, dan
produk belajar sesuai minat, kebutuhan, serta kemampuan setiap siswa. Guru
perlu merancang strategi pembelajaran yang:
·
Mengakomodasi
kebutuhan dan gaya belajar siswa;
·
Menggunakan
teknologi untuk mendukung pembelajaran personal;
·
Mendorong
partisipasi aktif dan reflektif;
· Mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis teknologi.
Dimensi yang ditumbuhkan: sehat, mandiri, komunikatif.
6. Pendekatan Pembelajaran Mendalam
Pendekatan pembelajaran mendalam dibangun diatas empat kerangka pembelajaran, yaitu praktik paedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pemanfaatan digital.
Pembelajaran Mendalam dalam pendidikan berarti:
- Studi kasus berbasis teknologi yang membutuhkan analisis mendalam.
- Evaluasi teknologi dalam menyelesaikan masalah kompleks.
- Proyek berbasis nilai Pancasila yang kontekstual dan aplikatif.
- Solusi inovatif untuk komunitas lokal atau global.
Dimensi yang ditumbuhkan: bernalar kritis, kolaboratif, beriman dan
bertakwa.
Kurikulum yang Lincah dan Terintegrasi
Pembelajaran digital dapat tumbuh dan menumbuhkan dimensi profil lulusan, tentunya memerlukan kurikulum sekolah yang dirancang secara strategis. Permendikdasmen 126/2025 menekankan bahwa kurikulum harus:
Ø Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi
digital dalam semua mata pelajaran;
Ø Menggunakan strategi pembelajaran active
learning untuk menguatkan pendekatan pembelajaran mendalam;
Ø menggunakan pendekatan pembelajaran
mendalam;
Ø Mendukung pembelajaran lintas disiplin dan
kontekstual;
Ø Menyediakan ruang bagi refleksi dan evaluasi berkelanjutan;
Salah satu komponen utama dalam kurikulum adalah visi dan misi. Visi dan misi sekolah saat merancang kurikulum sekolah perlu disusun secara jelas dalam menumbuhkan dimensi profil lulusan secara holistik. Adapun Misi sekolah harus mencerminkan komitmen terhadap pembelajaran berbasis nilai dan teknologi.
Beberapa kegiatan meliputi intrakurikuler, kokurikuler dan ekstra Kegiatan ekstrakurikuler dipilih dan dikembangkan untuk dapat memperkuat pembentukan karakter dan kompetensi siswa. Tentu saja kegiatan yang dipilih adalah kegiatan yang melibatkan pada pemanfaatan teknologi digital.
Salah satu kekuatan utama pembelajaran digital adalah kemampuannya untuk menghubungkan siswa dengan dunia luar. Melalui proyek global, forum internasional, dan kolaborasi lintas negara, siswa dapat:
·
Memahami
perspektif yang berbeda.
·
Mengembangkan
empati dan toleransi.
·
Berpartisipasi
dalam gerakan sosial berbasis teknologi.
·
Menjadi
warga dunia yang aktif dan bertanggung jawab.
Evaluasi dan Refleksi Berbasis Teknologi
Evaluasi dalam pembelajaran digital tidak hanya mengukur hasil akhir, tetapi juga proses dan perkembangan siswa. Beberapa bentuk evaluasi yang dapat diterapkan:
Portofolio
Digital : Menampilkan hasil
karya, proses berpikir, dan refleksi siswa.
Simulasi Proyek : Menguji kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah nyata.
Refleksi Terbimbing
: Siswa diajak merefleksikan
nilai-nilai yang mereka pelajari dan terapkan.
Umpan Balik : Sistem pembelajaran digital dapat memberikan umpan balik langsung dan personal.
Evaluasi seperti
ini mendorong siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang reflektif dan
bertanggung jawab.
Penutup
Pembelajaran digital bukan tentang menggantikan guru dengan mesin. Ia tentang memperkuat peran guru sebagai fasilitator, dan membentuk siswa sebagai pembelajar aktif yang siap menghadapi dunia nyata. Dengan pendekatan yang tepat, TIK bisa menjadi sahabat dalam menumbuhkan profil lulusan yang utuh: cerdas, berkarakter, dan relevan.
Sebagaimana
ditegaskan dalam dokumen Taksonomi Peran TIK (2025), setiap komponen teknologi
harus dikaitkan dengan dimensi profil lulusan dan kehidupan nyata siswa. Dengan
demikian, pembelajaran digital tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis,
tetapi juga membentuk manusia yang beriman, kritis, kreatif, dan komunikatif.
Daftar Rujukan
Kemdikbudristek. (2022). Profil Pelajar Pancasila. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran.
Kemdikdasmen. (2025). Pembelajaran
Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Wing (2006): mendefinisikan CT sebagai cara berpikir seperti ilmuwan komputer — menyusun masalah agar dapat diselesaikan oleh manusia atau mesin.
Brennan & Resnick (2012): mengembangkan kerangka tiga dimensi CT — concepts (konsep pemrograman), practices (praktik seperti debugging, remixing), dan perspectives (cara berpikir sebagai pencipta).
Nugroho. (2025). Taksonomi Peran TIK dalam Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila dengan Muatan Pembelajaran TIK [Dokumen internal].
Nugroho. (2025). Pembelajaran Berbasis TIK dalam Penumbuhan 8 Dimensi Profil Lulusan [Dokumen internal].
Nugroho. (2025). Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi [Dokumen internal].
*) Pengembang
Teknologi Pembelajaran Ahli Madya